Senin, 10 Maret 2008

Kelainan Refraksi

MIOPIA

BATASAN
Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di depan retina

PATOFISIOLOGI
Miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk panjangnya bola mata akibat :
1.Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial
2.Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia kurvatura/refraktif
3.Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus. Kondisi ini disebut miopia indeks
4. Miopi karena perubahan posisi lensa
Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca operasi glaukoma

GEJALA KLINIS
Gejala utamanya kabur melihat jauh
Sakit kepala (jarang)
Cenderung memicingkan mata bila melihat jauh (untuk mendapatkan efek pinhole), dan selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda pada mata
Suka membaca, apakah hal ini disebabkan kemudahan membaca dekat masih belum diketahui dengan pasti.



PEMBAGIAN
Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi :
1. miopia ringan : ∫-0,25 D s/d ∫-3,00 D
2. myopia sedang : ∫-3,25 D s/d ∫-6,00 D
3. myopia berat : ∫-6,25 D atau lebih

Berdasarkan perjalanan klinis, dibagi :
1. myopia simpleks : dimulai pada usia 7-9 tahun dan akan bertambah sampai anak
berhenti tumbuh ( ±20 tahun )
2. myopia progresif/maligna : myopia bertambah secara cepat ( ± 4.0 D / tahun ) dan
sering disertai perubahan vitero-retinal

ada satu tipe miopia pada anak dengan miopia 10 D atau lebih yang tidak berubah sampai dewasa


DIAGNOSIS/CARA PEMERIKSAAN
Refraksi Subyektif
Metoda ‘trial and error’
Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki
Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita
Mata diperiksa satu persatu
Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata
Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif

Refraksi Obyektif
a.Retinoskopi : dengan lensa kerja ∫+2.00 pemeriksa mengamati refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi
b.Autorefraktometer (komputer)

PENATALAKSANAAN
1.Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis negatif terlemah yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik
2.Lensa kontak
Untuk : anisometropia
Myopia tinggi
3.Bedah refrakstif
a. bedah refraktif kornea : tindakan untuk mengubah kurvatura permukaan anterior kornea ( Excimer laser, operasi lasik )
b. bedah refraktif lensa : tindakan ekstraksi lensa jernih, biasanya diikuti dengan implantasi lensa intraokuler

KOMPLIKASI
1.Ablatio retina terutama pada myopia tinggi
2.Strabismus
a.esotropia bila myopia cukup tinggi bilateral
b.bexotropia pada myopia dengan anisometropia
3.Ambliopia terutama pada myopia dan anisometropia


HIPERMETROPIA

BATASAN
Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi ) akan dibias membentuk bayangan di belakang retina




PATOFISIOLOGI
1.Hipermetropia aksial karena sumbu aksial mata lebih pendek dari normal
2.Hipermetropia kurvatura karena kurvatura kornea atau lensa lebih lemah dari normal
3.Hipermetropia indeks karena indeks bias mata lebih rendah dari normal

GEJALA KLINIS
1.Penglihatan jauh kabur, terutama pada hipermetropia 3 D atau lebih, hipermetropia pada orang tua dimana amplitude akomodasi menurun
2.Penglihatan dekat kabur lebih awal, terutama bila lelah, bahan cetakan kurang terang atau penerangan kurang
3.Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin kuat pada penggunaan mata yang lama dan membaca dekat
4.Penglihatan tidak enak (asthenopia akomodatif=eye strain) terutama bila melihat pada jarak yang tetap dan diperlukan penglihatan jelas dalam waktu yang lama, misalnya menonton TV, dll
5.Mata sensitif terhadap sinar
6.Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan pseudomiopia
7.Perasaan mata juling karena akomodasi yang berlebihan akan diikuti oleh konvergensi yang berlebihan pula

PEMBAGIAN
Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi :
1. Hipermetropia ringan : ∫-0,25 s/d ∫-3,00
2. Hipermetropia sedang : ∫-3,25 s/d ∫-6,00
3. Hipermetropia berat : ∫-6,25 atau lebih

Berdasarkan kemampuan akomodasi, dibagi :
1.Hipermetropia laten : kelainan hipermetropik yang dapat dikoreksi dengan tonus otot siliaris secara fisiologis, di mana akomodasi masih aktif
2.Hipermetropia manifes,

dibagi :
a.Hipermetropia manifes fakultatif : kelainan hipermetropik yang dapat dikoreksi dengan akomodasi sekuatnya atau dengan lensa sferis positif
b.Hipermetropia manifes absolut : kelainan hipermetropik yang tidak dapat dikoreksi dengan akomodasi sekuatnya
3. Hipermetropia total :
Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan sikloplegia

DIAGNOSIS/CARA PEMERIKSAAN
Refraksi Subyektif
Metoda ‘Trial and Error’
Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki
Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita
Mata diperiksa satu persatu
Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata
Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif
Pada anak-anak dan remaja dengan visus 6/6 dan keluhan asthenopia akomodativa dilakukan tes sikloplegik, kemudian ditentukan koreksinya
Refraksi Obyektif
a.retinoskopi : dengan lensa kerja ∫+2.00, pemeriksa mengamati refleks fundus yang bergerak searah dengan arah gerakan retinoskop ( with movement), kemudian dikoreksi dengan lensa sferis positif sampai tercapai netralisasi
b.autorefraktometer (komputer)

PENATALAKSANAAN
1.Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik


2.Lensa kontak
Untuk : anisometropia
Hipermetropia tinggi

KOMPLIKASI
1.Glaukoma sudut tertutup
2.Esotropia pada hipermetropia >2.0 D
3.Ambliopia terutama pada hipermetropia dan anisotropia. Hipermetropia merupakan penyebab tersering ambliopia pada anak dan bisa bilateral

ASTIGMATISME

BATASAN
Suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik.

PATOFISIOLOGI
1.Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur
2.Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa
3.Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty
4.Trauma pada kornea
5.Tumor

GEJALA KLINIS
1.Pengelihatan kabur atau terjadi distorsi
2.Pengelihatan mendua atau berbayang - bayang
3.Nyeri kepala
4.Nyeri pada mata

PEMBAGIAN
Berdasarkan posisi garis focus dalam retina Astigmatisme dibagi menjadi
1.Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain.
a.Astigmatisme With the Rule
Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang horizontal.
b.Astigmatisme Against the Rule
Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang vertikal
2.Astigmatisme Irreguler
Dimana titik bias didapatkan tidak teratur

Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina Astigmatisme dibagi :
1.Astigmatisme Miopia Simpleks
2.Astigmatisme Miopia Kompositus
3.Astigmatisme Hiperopia Simpleks
4.Astigmatisme Hiperopia Kompositus
5.Astigmatisme Mixtus

DIAGNOSIS
Refraksi Subjektif
1.Trial and Error
2.Pemeriksaan Fogging Technique dengan grafik Astigmatisme
3.Cross Cylinder Technique
Refraksi Objektif
1.Retinoskopi
2.Refraktometri
3.Topografi kornea
4.Keratometri

PENATALAKSANAAN
1.Kaca Mata
2.Lensa Kontak
3.LASEK
4.Astigmatisme Keratotomy

PRESBIOPIA

BATASAN
Suatu kelainan refraksi simana hilangnya daya akomodasi terjadi bersamaan dengan proses penuaan.

PATOFISIOLOGI
Adanya proses penuaan membuat daya akomodasi lensa menjadi semakin lemah.

GEJALA KLINIS
1.Pengelihatan kabur pada jarak dekat maupun jarak jauh.
2.Kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan cetakan kecil, untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderung menegakkan punggungnya atau menjauhkan objek yang dibacanya
3.Pengelihatan kabur bertambah seiring dengan usia.

DIAGNOSIS
1.Kartu SNELLEN
2.Kartu Jaeger

PENATALAKSANAAN
1.Kaca Mata bifocal atau trifokal
Dengan pedoman bila diatas 40 tahun ditambah S+1.00 dan setiap 5 tahun diatasnya ditambah S+0.50
2.Conductive Keratoplasty


2 komentar:

Anonim mengatakan...

it real beatyful

Anonim mengatakan...

real sweet of you to write a blogger. right back